
Setelah membahas dan menyajikan informasi tentang genre musik Rock 'roll dan Heavy Metal, sekarang Edukasi Musik berkesempatan untuk berbagi informasi tentang genre Grunge.
Grunge (kadang-kadang disebut juga Seattle sound) adalah sebuah sub genre dari rock alternatif yang muncul pada pertengahan 1980-an di negara Amerika Washington, khususnya di wilayah Seattle. Terinspirasi oleh punk rock, heavy metal dan indie rock, grunge umumnya dikenali melalui suara distorsi gitar yang berat dan lirik melankonis atau apatistik.
Gerakan awal grunge mulai terlihat pada akhir tahun 1980-an di sekitar Seattle melalui label independen Sub Pop. Grunge menjadi sukses secara komersial pada paruh pertama tahun 1990-an, terutama karena dirilisnya Nevermind oleh Nirvana dan Ten oleh Pearl Jam.
Keberhasilan band-band ini meningkatkan popularitas rock alternatif dan
membuat grunge menjadi bentuk musik yang paling populer pada waktu itu.
Namun, banyak band grunge tidak nyaman dengan popularitas. Meskipun
banyak band grunge yang bubar atau menghilang dari pada akhir 1990-an,
pengaruh mereka terus memiliki dampak bagi perkembangan musik rock
modern selanjutnya.
Edukasi Musik juga akan memberikan informasi tentang band-band yang menganut genre Grunge dalam musiknya, diantaranya...
Edukasi Musik juga akan memberikan informasi tentang band-band yang menganut genre Grunge dalam musiknya, diantaranya...
GROUP BAND GRUNGE TERKENAL
Grunge: Tak Akan Karam, Apalagi Padam
Grunge, pertama kali saya kenal ketika seorang teman meminjamkan sebuah buku Nirvana berjudul Kurt Cobain sekitar tahun 2010, ketika itu saya
masih SMK. Ia
menjelaskan panjang lebar mengenai Nirvana dan Kurt Cobain sang
frontman. Menurutnya, Nirvana adalah kiblat Grunge. Waktu itu saya hanya
manggut-manggut karena waktu itu saya lebih tertarik mendengarkan punk
rock.
Baru setelah mendengar album Nevermind di rumah, saya langsung
jatuh hati dengan Nirvana. Saya pikir musik yang mereka mainkan ajaib
dan keren. Kemudian saya pun mencari tahu lebih jauh siapa itu Nirvana.
Kepincut dengan Nevermind, membuat saya ingin memiliki album
tersebut. Tanpa pikir panjang saya langsung pergi ke toko kaset dan
membeli album Nevermind. Untungnya waktu itu masih tersedia album
Nevermind itu, karena album tersebut keluaran tahun 1991, saya pikir
akan sulit mendapatkannya, ternyata di toko kaset yang saya singgahi
masih menjualnya. Tanpa pikir panjang langsung saya beli.
Ketika itu juga saya sedang gandrung-gandrungnya ngulik gitar.
Jadilah saya belajar mengulik lagu-lagu Nirvana, belajar dari teman yang
lebih jago ngulik, membeli majalah kord musik seperti MBS dll. Tahun
2002 itu era kaset masih berjaya, saya mendengarkan Nevermind
berulang-ulang di tape deck saya. side A ke side B, side A ke side B,
begitu terus berulang-ulang, hingga lama kelamaan kualitas suaranya jadi
menurun/jadi mendem, mungkin karena terlalu sering diputar.
Lewat Nirvana kemudian saya berkenalan dengan musik-musik “Seattle
Sound” lainnya seperti Soundgarden, Alice In Chains, Mudhoney, Melvins
dan tentu saja Pearl Jam. Semakin saya mengenal semakin dalam juga rasa
suka saya terhadap musik alternatif tersebut. Ternyata masih ada band
Grunge lain yang tak kalah hebat dari Nirvana.
Walaupun cukup banyak band-band yang mengusung Grunge, pada awalnya
saya berpikir Nirvana adalah satu-satunya legenda Grunge. "Nirvana
adalah Grunge, Grunge adalah Nirvana". Mungkin kalimat itu sulit untuk
dibantah dan telah melekat abadi di hati sanubari para pecinta dan
penikmat grunge. Kurt Cobain pun kemudian menjelma menjadi seorang Dewa
Grunge –ia dipuja dan dijadikan sosok idola kaum grunge seantero jagad-
setelah ia dan bandnya Nirvana, meluncurkan album fenomenal Nevermind.
Pun begitu juga dengan perjalanan hidupnya yang tidak kalah fenomenal
dibandingkan album Nevermind itu sendiri. Hal-hal diatas memang tidak
bisa dipungkiri. Mungkin banyak dari para pecinta grunge yang jatuh hati
pada grunge ketika mendengarkan Nirvana. Ini pula yang terjadi pada
saya.
Tapi ternyata Grunge tak hanya sekadar Nirvana, di Seattle sana,
banyak band-band lain yang tak kalah fenomenal dan jenius. Sebut saja
Soundgarden, Mudhoney, Melvins juga Pearl Jam. Mereka semua adalah
grunge legend. Band-band tersebut adalah pengusung Seattle Sound atau
yang lebih dikenal dengan istilah Grunge.
Walaupun, Nirvana (Cobain) sendiri lebih suka menyebut musik yang
mereka mainkan sebagai musik alternatif. Kurt Cobain sendiri dalam satu
wawancara pernah mengatakan bahwa istilah grunge itu merupakan istilah
yang diciptakan oleh industri musik Amerika Serikat untuk menyebut musik
yang mereka mainkan. Grunge sendiri merupakan hibrida dari musik heavy
metal dan musik punk rock. Namun dengan sound yang lebih kasar, berat
dan penuh distorsi.
Bisa jadi Nirvana bukanlah band pertama yang memainkan musik
Grunge, namun Nirvana yang membuat musik ini dan Seattle menjadi dikenal
seantero jagad. Mereka membuka jalan bagi band-band Seattle lain untuk
berkesempatan dikenal oleh dunia luas. Sebelum tahu dengan Pearl Jam,
Soundgarden, Alice In Chains, Mudhoney perkenalan awal saya dengan musik
grunge adalah melalui Nirvana. Kemudian saya dan mungkin kebanyakan
dari kita (penyuka musik grunge) jadi ingin tahu skena musik yang ada di
Seattle. Ternyata banyak band potensial di daerah tersebut. Seattle
juga menjadi salah satu skena musik paling penting di dunia.
Album Nirvana, Nevermind yang dirilis tahun 1991 dengan single
legendarisnya, “Smell Like Teen Spirit” menjadi keran pembuka musik
grunge mewabah diseantero jagad. Videoklip “Smell Like Teen Spirit” yang
diputar di MTV saat itu menyebar bak jamur di musim penghujan.
Menginspirasi anak-anak muda di seluruh penjuru dunia untuk mulai
membentuk band dan memainkan musik grunge.
Easy come, easy go. Hal ini berlaku juga bagi musik Grunge. Grunge
yang mewabah di penghujung tahun 80-an hingga pertengahan 90-an pun
semakin surut arusnya. Apalagi pasca kematian Dewa Grunge, Kurt Cobain
yang tewas mengenaskan di masa karirnya terus menanjak dan grunge telah
mewabah hampir di seluruh dunia. Perlahan tapi pasti musik grunge ibarat
kapal Titanic, yang menabrak karang kemudian tenggelam perlahan.
Namun, sisa-sisa kapal itu tidak tenggelam sepenuhnya, masih ada
pejuang-pejuang grunge yang terus eksis hingga saat ini. Satu yang
paling fenomenal tentu saja Pearl Jam. Eksistensi mereka tidak perlu
diragukan. Mereka membuat Grunge tidak lagi sekadar sound yang kasar
penuh distorsi. Mereka membuat grunge berevolusi menjadi sebuah aliran
yang dinamis namun tidak melupakan root grunge itu sendiri.
Selain Nirvana ada juga band lain yang menganut genre Grunge dalam musiknya yaitu Pearl Jam, Edukasi Musik akan membahasnya lebih lanjut bagi kalian pembaca setia Edukasi Musik.
Selain Nirvana ada juga band lain yang menganut genre Grunge dalam musiknya yaitu Pearl Jam, Edukasi Musik akan membahasnya lebih lanjut bagi kalian pembaca setia Edukasi Musik.
Tahun 2011 lalu mereka berusia dua dekade dan terus berkarya hingga
kini. Mereka merupakan salah satu band pengusung grunge yang paling
solid di muka bumi ini. Mereka pun merekam perjalanan mereka dalam
sebuah epic rockumentary nan ciamik, Pearl Jam Twenty. Film ini ditulis
dan disutradarai oleh Cameron Crowe, sutradara handal yang pernah
membuat Singles, Almost Famous dan We Bought A Zoo.
Jujur saja, lewat film ini wawasan saya tentang Pearl jam menjadi
lebih luas. Saya jadi tahu bahwa Mother Love Bone adalah cikal bakal
Pearl Jam, perhatian mereka terhadap para penggemar dan bagaimana
solidnya mereka, sangat menginspirasi. Melalui Pearl Jam juga para
pecinta Grunge di seantero jagad menaruh harapan besar agar grunge terus
eksis di muka bumi.
Di Indonesia sendiri, saya pikir Grunge kini mulai mendapat angin
segar. Ada Cupumanik, Navicula, dan Besok Bubar yang terus setia
mengibarkan panji Grunge di tanah air Indonesia. Nama-nama tersebut
tentu saja sudah tidak asing bagi penggemar musik grunge tanah air.
Belum lagi band-band lain yang saya tidak hapal namanya dengan semangat
45 terus membawa musik grunge. Komunitas Grunge pun bisa kita temui di
Indonesia, contohnya Pearl Jam Indonesia. Serta webzine totalfeedback.com yang terus berjuang menyebarkan virus grunge.
Hal ini membuat saya optimis bahwa Grunge tidak akan pernah mati.
Walaupun memang tidak bisa menjadi besar seperti era keemasannya di
pertengahan 90-an, tapi setidaknya nafas dan semangat grunge masih bisa
kita rasakan dan dengarkan melalui karya-karya Navicula, Cupumanik,
Besok Bubar, dan kawan-kawan diskena lokal dan Pearl Jam dan Soundgarden
yang kembali reuni di level internasional.
Sang Dewa Grunge, Kurt Cobain tentu saja tersenyum dari Nirvana
(nirwana) melihat dan mengetahui Grunge tetap abadi dan bahwa
semangatnya dalam bermusik tetap ada dan tidak pernah padam. Mengutip
Cupumanik, “Grunge Harga Mati!!!”.
wow lol
BalasHapusooo baru tau ada aliran musik GRUNGE
BalasHapus^_^
mau dong pinjem bukunya,, jadi penasaran..
BalasHapushehe ;)
boleh,,, ntar dipinjemin,, dateng aja kerumah hehe
BalasHapus