Senin, 29 Oktober 2012

GRUNGE

    Grunge, apa itu grunge? apa ada genre musik yang bernama grunge?. Mungkin untuk sebagian orang atau secara umum Grunge belum terlalu banyak yang mengetahuinya, tapi bagi pecinnta musik sejati, Grunge pasti sudah sangat dikenali.
    Setelah membahas dan menyajikan informasi tentang genre musik Rock  'roll dan Heavy Metal, sekarang Edukasi Musik berkesempatan untuk berbagi informasi tentang genre Grunge.
    Grunge (kadang-kadang disebut juga Seattle sound) adalah sebuah sub genre dari rock alternatif yang muncul pada pertengahan 1980-an di negara Amerika Washington, khususnya di wilayah Seattle. Terinspirasi oleh punk rock, heavy metal dan indie rock, grunge umumnya dikenali melalui suara distorsi gitar yang berat dan lirik melankonis atau apatistik.
   Gerakan awal grunge mulai terlihat pada akhir tahun 1980-an di sekitar Seattle melalui label independen Sub Pop. Grunge menjadi sukses secara komersial pada paruh pertama tahun 1990-an, terutama karena dirilisnya Nevermind oleh Nirvana dan Ten oleh Pearl Jam. Keberhasilan band-band ini meningkatkan popularitas rock alternatif dan membuat grunge menjadi bentuk musik yang paling populer pada waktu itu. Namun, banyak band grunge tidak nyaman dengan popularitas. Meskipun banyak band grunge yang bubar atau menghilang dari pada akhir 1990-an, pengaruh mereka terus memiliki dampak bagi perkembangan musik rock modern selanjutnya.

     Edukasi Musik juga akan memberikan informasi tentang band-band yang menganut genre Grunge dalam musiknya, diantaranya...

GROUP BAND GRUNGE TERKENAL

Grunge: Tak Akan Karam, Apalagi Padam

   Grunge, pertama kali saya kenal ketika seorang teman meminjamkan sebuah buku  Nirvana berjudul Kurt Cobain sekitar tahun 2010, ketika itu saya masih SMK. Ia menjelaskan panjang lebar mengenai Nirvana dan Kurt Cobain sang frontman. Menurutnya, Nirvana adalah kiblat Grunge. Waktu itu saya hanya manggut-manggut karena waktu itu saya lebih tertarik mendengarkan punk rock. 
       Baru setelah mendengar album Nevermind di rumah, saya langsung jatuh hati dengan Nirvana. Saya pikir musik yang mereka mainkan ajaib dan keren. Kemudian saya pun mencari tahu lebih jauh siapa itu Nirvana.           
     Kepincut dengan Nevermind, membuat saya ingin memiliki album tersebut. Tanpa pikir panjang saya langsung pergi ke toko kaset dan membeli album Nevermind. Untungnya waktu itu masih tersedia album Nevermind itu, karena album tersebut keluaran tahun 1991, saya pikir akan sulit mendapatkannya, ternyata di toko kaset yang saya singgahi masih menjualnya. Tanpa pikir panjang langsung saya beli. 
      Ketika itu juga saya sedang gandrung-gandrungnya ngulik gitar. Jadilah saya belajar mengulik lagu-lagu Nirvana, belajar dari teman yang lebih jago ngulik, membeli majalah kord musik seperti MBS dll. Tahun 2002 itu era kaset masih berjaya, saya mendengarkan Nevermind berulang-ulang di tape deck saya. side A ke side B, side A ke side B, begitu terus berulang-ulang, hingga lama kelamaan kualitas suaranya jadi menurun/jadi mendem, mungkin karena terlalu sering diputar. 
   Lewat Nirvana kemudian saya berkenalan dengan musik-musik “Seattle Sound” lainnya seperti Soundgarden, Alice In Chains, Mudhoney, Melvins dan tentu saja Pearl Jam. Semakin saya mengenal semakin dalam juga rasa suka saya terhadap musik alternatif tersebut. Ternyata masih ada band Grunge lain yang tak kalah hebat dari Nirvana. 
    Walaupun cukup banyak band-band yang mengusung Grunge, pada awalnya saya berpikir Nirvana adalah satu-satunya legenda Grunge. "Nirvana adalah Grunge, Grunge adalah Nirvana". Mungkin kalimat itu sulit untuk dibantah dan telah melekat abadi di hati sanubari para pecinta dan penikmat grunge. Kurt Cobain pun kemudian menjelma menjadi seorang Dewa Grunge –ia dipuja dan dijadikan sosok idola kaum grunge seantero jagad- setelah ia dan bandnya Nirvana, meluncurkan album fenomenal Nevermind. Pun begitu juga dengan perjalanan hidupnya yang tidak kalah fenomenal dibandingkan album Nevermind itu sendiri. Hal-hal diatas memang tidak bisa dipungkiri. Mungkin banyak dari para pecinta grunge yang jatuh hati pada grunge ketika mendengarkan Nirvana. Ini pula yang terjadi pada saya. 
      Tapi ternyata Grunge tak hanya sekadar Nirvana, di Seattle sana, banyak band-band lain yang tak kalah fenomenal dan jenius. Sebut saja Soundgarden, Mudhoney, Melvins juga Pearl Jam. Mereka semua adalah grunge legend. Band-band tersebut adalah pengusung Seattle Sound atau yang lebih dikenal dengan istilah Grunge. 
     Walaupun, Nirvana (Cobain) sendiri lebih suka menyebut musik yang mereka mainkan sebagai musik alternatif. Kurt Cobain sendiri dalam satu wawancara pernah mengatakan bahwa istilah grunge itu merupakan istilah yang diciptakan oleh industri musik Amerika Serikat untuk menyebut musik yang mereka mainkan. Grunge sendiri merupakan hibrida dari musik heavy metal dan musik punk rock. Namun dengan sound yang lebih kasar, berat dan penuh distorsi. 
     Bisa jadi Nirvana bukanlah band pertama yang memainkan musik Grunge, namun Nirvana yang membuat musik ini dan Seattle menjadi dikenal seantero jagad. Mereka membuka jalan bagi band-band Seattle lain untuk berkesempatan dikenal oleh dunia luas. Sebelum tahu dengan Pearl Jam, Soundgarden, Alice In Chains, Mudhoney perkenalan awal saya dengan musik grunge adalah melalui Nirvana. Kemudian saya dan mungkin kebanyakan dari kita (penyuka musik grunge) jadi ingin tahu skena musik yang ada di Seattle. Ternyata banyak band potensial di daerah tersebut. Seattle juga menjadi salah satu skena musik paling penting di dunia. 
     Album Nirvana, Nevermind yang dirilis tahun 1991 dengan single legendarisnya, “Smell Like Teen Spirit” menjadi keran pembuka musik grunge mewabah diseantero jagad. Videoklip “Smell Like Teen Spirit” yang diputar di MTV saat itu menyebar bak jamur di musim penghujan. Menginspirasi anak-anak muda di seluruh penjuru dunia untuk mulai membentuk band dan memainkan musik grunge. 
     Easy come, easy go. Hal ini berlaku juga bagi musik Grunge. Grunge yang mewabah di penghujung tahun 80-an hingga pertengahan 90-an pun semakin surut arusnya. Apalagi pasca kematian Dewa Grunge, Kurt Cobain yang tewas mengenaskan di masa karirnya terus menanjak dan grunge telah mewabah hampir di seluruh dunia. Perlahan tapi pasti musik grunge ibarat kapal Titanic, yang menabrak karang kemudian tenggelam perlahan. 
    Namun, sisa-sisa kapal itu tidak tenggelam sepenuhnya, masih ada pejuang-pejuang grunge yang terus eksis hingga saat ini. Satu yang paling fenomenal tentu saja Pearl Jam. Eksistensi mereka tidak perlu diragukan. Mereka membuat Grunge tidak lagi sekadar sound yang kasar penuh distorsi. Mereka membuat grunge berevolusi menjadi sebuah aliran yang dinamis namun tidak melupakan root grunge itu sendiri.

     Selain Nirvana ada juga band lain yang menganut genre Grunge dalam musiknya yaitu Pearl Jam, Edukasi Musik akan membahasnya lebih lanjut bagi kalian pembaca setia Edukasi Musik.
 
     Tahun 2011 lalu mereka berusia dua dekade dan terus berkarya hingga kini. Mereka merupakan salah satu band pengusung grunge yang paling solid di muka bumi ini. Mereka pun merekam perjalanan mereka dalam sebuah epic rockumentary nan ciamik, Pearl Jam Twenty. Film ini ditulis dan disutradarai oleh Cameron Crowe, sutradara handal yang pernah membuat Singles, Almost Famous dan We Bought A Zoo. 
    Jujur saja, lewat film ini wawasan saya tentang Pearl jam menjadi lebih luas. Saya jadi tahu bahwa Mother Love Bone adalah cikal bakal Pearl Jam, perhatian mereka terhadap para penggemar dan bagaimana solidnya mereka, sangat menginspirasi. Melalui Pearl Jam juga para pecinta Grunge di seantero jagad menaruh harapan besar agar grunge terus eksis di muka bumi. 
      Di Indonesia sendiri, saya pikir Grunge kini mulai mendapat angin segar. Ada Cupumanik, Navicula, dan Besok Bubar yang terus setia mengibarkan panji Grunge di tanah air Indonesia. Nama-nama tersebut tentu saja sudah tidak asing bagi penggemar musik grunge tanah air. Belum lagi band-band lain yang saya tidak hapal namanya dengan semangat 45 terus membawa musik grunge. Komunitas Grunge pun bisa kita temui di Indonesia, contohnya Pearl Jam Indonesia. Serta webzine totalfeedback.com yang terus berjuang menyebarkan virus grunge. 
    Hal ini membuat saya optimis bahwa Grunge tidak akan pernah mati. Walaupun memang tidak bisa menjadi besar seperti era keemasannya di pertengahan 90-an, tapi setidaknya nafas dan semangat grunge masih bisa kita rasakan dan dengarkan melalui karya-karya Navicula, Cupumanik, Besok Bubar, dan kawan-kawan diskena lokal dan Pearl Jam dan Soundgarden yang kembali reuni di level internasional. 
     Sang Dewa Grunge, Kurt Cobain tentu saja tersenyum dari Nirvana (nirwana) melihat dan mengetahui Grunge tetap abadi dan bahwa semangatnya dalam bermusik tetap ada dan tidak pernah padam. Mengutip Cupumanik, “Grunge Harga Mati!!!”.



4 komentar: